I'jaz Al-Qur'an

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara historis, al-Qur’an telah membuktikan diri sebagai sesuatu yang mampu menciptakan peradaban dan tradisi tersendiri bagi umat Islam. Lebih-lebih pada dataran teologis, al-Qur’an mampu menciptakan intelektualisme dan heroisme, yang kesemuanya itu berangkat dfari keyakinan dan kebenaran bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah serta menjadi kitab suci bagi umat-Nya. Berbagai produk dan karya tulis telah dihasilkan melalui kajian intensif terhadap al-Qur’an, sementara al-Qur’an juga digunakan untuk dijadikan justifikasi bagi tindakan peperangan, melandasi berbagai aspirasi, memelihara berbagai harapan, dan memperkukuh identitas kolektif umat. Ia juga telah melahirkan “seni suara” yang biasanya dilantunkan pada acara-acara resmi ataupun keluarga. Hal inilah, yang kemudian al-Qur’an disebut sebagai Mu’jizat, yang membawa kebenaran universal, mapan, dan berlaku sepanjang zaman. Ke-mu’jizatan ini, mencakup berbagai sisi dalam al-Qur’an, misalnya kebahasaan, keilmuan, dan seterusnya, yang disusun rapi oleh Allah dan tidak ada siapapun yang mampu menandingi al-Qur’an, meskipun dari aspek kebahasaan. I`jaz Al-Qur`an adalah Al-Qur`an melemahkan atau menjadikan manusia tidak mampu, artinya Al-Qur`an telah menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab yang seperti Al-Qur`an, tetapi dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu membuat tandingan itu. Padahal tantangan Al-Qur`an itu sudah berkali-kali diturunkan, dan yang disuruh menandingi seluruh isi Al-Qur`an, dikurangi hanya supaya menandingi 10 surah saja, sampai terakhir hanya diminta membuat tandingan sebuah surah saja pun tidak ada yang mampu menandinginya. Oleh karena itu selayaknya kita sebagai pengikut Nabi Muhammad saw mengkaji masalah kemu’jizatan Al Qur’an tersebut., untuk mengokohkan keimanan dan keterikatan kita terhadap risalah yang Beliau bawa. B. Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian I`jaz Al-Qur`an ! 2. Jelaskan tujuan I`jaz Al-Qur`an ! 3. Jelaskan sejarah I`jaz Al-Qur`an ! 4. Jelaskan standar kemu`jizatan Al-Qur`an ! 5. Sebutkan dan jelaskan macam-macam I`jaz Al-Qur`an ! 6. Jelaskan aspek-aspek dalam I`jaz Al-Qur`an ! C. Tujuan 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian I`jaz al-Qur`an. 2. Mahasiswa dapat memahami tujuan I`jaz al-Qur`an. 3. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sejarah I`jaz al-Qur`an. 4. Mahasiswa dapat memahami standar kemu`jizatan al-Qur`an. 5. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam I`jaz al-Qur`an. 6. Mahasiswa dapat memahami aspek-aspek dalam I`jaz al-Qur`an. 7. Untuk memenuhi tugas makalah Studi al-Qur`an. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian I`jaz Al-Qur`an. Menurut bahasa kata I`jaz adalah mashdar dari kata kerja a`jaza, yang berarti melemahkan. Lawan dari qodara yang berarti kuat/mampu. Kata I`jaz al-Qur`an adalah suatu kata makjud yang terdiri dari dua kata yang dimudhafkan, yaitu dimudhafkannya kata mashdar I`jaz kepada pelakunya, yaitu al-Qur`an, sehingga berarti al-Qur`an melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan maf`ulnya (siapa objek yang dilemahkan) dibuang/tersimpan. Bila dilengkapi bunyinya menjadi: ﺍﻋﺠﺎﺯﺍﻠﻗﺮﺍﻥﺍﻠﻨﺎﺱﻋﻥﺍﻻ ﺗﻴﺎﻥ ﺑﻤﺎ ﺗﺤﺪﺍﻫﻢ ﺑﻪ (Kitab al-Qur`an melemahkan kepada manusia untuk mendatangkan apa yang telah ditantangkan kepada mereka, yaitu membuat kitab seperti al-Qur`an). Karena itu, kitab al-Qur`an betul-betul I`jaz atau benar-benar melemahkan manusia seluruhnya, tak ada seorang pun yang bisa menandingi tantangannya. Jika I`jaz mashdar dari a`jaza, maka pelakunya (yang melemahkan) disebut mu`jiz. Apabila kemampuan melemahkan pihak lain sangat kuat/menonjol sehingga mampu mambungkam lawan, maka disebut mu`jizat (ﻤﻌﺠﺰﺓ ). Tambahan ta` marbutah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlative). Mu`jizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau manakjubkan. Menurut istilah, ialah sesuatu hal atau peristiwa yang luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi/Rasul Allah, sebagai bukti keNabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Jadi mu`jizat itu mangandung 4 unsur, yaitu: 1. Peristiwa yang luar biasa. 2. Disampaikan oleh orang yang mengaku Nabi. 3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan keNabian. 4. Tantangan tersebut tidak mampu dilayani. B. Tujuan I`jaz Al-Qur`an. Setelah diketahui pengertian I’jaz al-Qur’an, perlu dijelaskan tujuannya agar tidak menimbulkan salah sangka. Sebab bukanlah menjadi tujuan al-Qur’an untuk melemahkan manusia, tetapi ada tujuan khusus. Dan perlu pula dikaji sejarahnya terutama perkembangan kitabnya. Dari pengertian I’jaz dan mu’jizat diatas bahwa dapatlah diketahui bahwa tujuan I’jaz al-Qur’an itu banyak, diantaranya yaitu : 1. Membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi atau Rosul Allah. 2. Membuktikan bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT. 3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghoh bahasan manusia. 4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. C. Sejarah Ilmu I`jaz al-Qur`an. Ada ulama yang berpendapat, orang yang pertama kali menulis I`jaz al-Qur`an ialah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majaz al-Qur`an. Lalu disusul oleh al-Farra (wafat 207 H) yang menulis kitab Ma`ani al-Qur`an. Kemudian disusul Ibnu Qutaibah yang mengarang kitab Ta`wil al-Musykil al-Qur`an. Pernyataan tersebut dibantah Abd. Qohir Al-Jurjani dalam kitabnya Dala`il al-I`jaz, bahwa semua kitab tersebut diatas bukan ilmu I`jazil Qur`an, melainkan sesuai dengan nama judul-judulnya itu. Menurut Dr. Subhi as-Saleh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulum al-Qur`an, bahwa orang yang pertama kali membicarakan I`jaz Qur`an adalah Imam al-Lahidh (wafat 255 H), ditulis dalam kitab Nuzum al-Qur`an. Hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, al-Hayawan. Lalu disusul Muhammad bin Zaid al-Wasity (wafat 306 H) dalam kitab al-I`jaz al-Qur`an, yang banyak mengutip isi kitab al-Jahid tersebut diatas. Kemudian dilanjutkan Imam al-Rumani (wafat 384 H) dalam kitab al-I`jaz, yang isinya mengupas segi-segi kemu`jizatan al-Qur`an. Lalu disusul oleh al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani (wafat 403 H) dalam kitab I`jaz al-Qur`an, yang isinya mengupas segi-segi ke-balagah-an (sastra) al-Qur`an, disamping segi-segi kemu`jizatannya, kitab ini sangat populer. Kemudian disusul Abd. Qohir al-Jurjani (wafat 471 H) dalam kitab Dala`il al-I`jaz dan Asrar al-Balagah. Para pujangga modern seperti Mustafa Sadiq al-Rofi`i menulis tentang ilmu dalam kitabTarikh al-Adabi al-`Arabi dan Prof. Dr. Sayyid Qutub dalam buku al-Taswir al-Fanni fi al-Qur`an dan al-Ta`bir al-Fanni fi al-Qur`an. D. Standar Kemu`jizatan al-Qur`an. Yang dimaksud dengan standar kemu`jizatan al-Qur`an ialah kadar yang menjadi mukjizat dari kitab al-Qur`an itu berapa. Apakah seluruhnya atau sebagiannya saja. Kitab suci al-Qur`an ini sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkari al-Qur`an, yakni minta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti al-Qur`an itu. Hal tersebut selain menunjukkan kemu`jizatan kitab suci ini, juga sekaligus menunjukkan kebenaran sinyalemen al-Qur`an, bahwa tidak akan ada seorang jin ataupun manusia yang sanggup membuat kitab yang seperti al-Qur`an ini. Sinyalemen tersebut tertuang dalam surah al-Isra` (17): 88 ﻗﻞﻠﮨﻦﺍﺠﺗﻤﻌﺕﺍﻹﻧﺲﻭﺍﻠﺠﻦﻋﻠﯽﺃﻦﻳﺄﺘﻭﺍﺒﻤﺛﻞﻫﺫﺍﺍﻠﻗﺮﺀﺍﻥﻻﻴﺄﺘﻭﻦﺒﻤﺛﻠﻪﻭﻠﻭﻜﺎﻦﺑﻌﺿﻬﻢﻠﺒﻌﺽﻅﻬﻴﺮﺍ Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkunpul untuk membuai yang serupa dengan al-Qur`an ini niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lainnya”. Sungguh sangat mengherankan, tantangan yang sudah lama dicanangkan itu belum ada juga yang mampu melawan. Padahal tantangan itu telah tiga kali diubah dan diturunkan kapasitasnya. 1. Tantangan Pertama Mula-mula al-Qur`an menantang orang yang mengingkari kewahyuannya itu supaya membuat kitab tandingan yang sama seperti seluruh isinya. Yakni, mereka yang menuduh al-Qur`an itu buatan Nabi Muhammad SAW itu supaya membuat kitab yang sama seperti kitab al-Qur`an itu seluruhnya. Memang, sangat berat untuk melawan tantangan pertama ini. Sebab, harus membuat kitab tandingan yang besar, lengkap dan komplit. Sangat wajar jika tidak ada seorang pun yang mampu melawan atau menandingi al-Qur`an. Karena itu, dicanangkanlah tantangan kedua yang lebih ringan. 2. Tantangan Kedua Karena tidak ada seorangpun bisa melawan tantangan al-Qur`an yang pertama, karena terlalu berat, maka didespensasi atau dikurangi. Sebelumnya harus membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh al-Qur`an, lalu diturunkan hanya membuat tandingan yang sama dengan 10 surah seperti al-Qur`an. Dengan tantangan kedua ini berarti kapasitas kemu`jizatan al-Qur`an itu ialah 10 surahnya. Maksudnya jika yang menjadi mu`jizat yang melemahkan orang yang mengingkarinya tidak berdaya melawan tantangan itu ialah sekadar 10 surah al-Qur`an itu saja sudah membuat seluruh jin dan manusia tidak ada seorang pun sanggup membuat yang sama seperti al-Qur`an. 3. Tantangan Ketiga Jika tantangan yang kedua masih juga dianggap berat, karena harus membuat sekian banyak surah yang harus sama dengan al-Qur`an itu, maka tantangan itu diringankan lagi. Yakni hanya disuruh membuat tandingan satu surah yang sama dengan surah al-Qur`an. Karena tantangan minim ini pun tidak ada yang mampu melawan, maka ayat 24 surah al-Baqarah itu menegaskan: Tidak akan ada orang yang sanggup melawan al-Qur`an. Karena itu, bagi orang yang ingkar, diharuskan waspada terhadap ancaman neraka. E. Macam-macam I`jaz Dalam menjelaskan macam-macam I`jaz al-Qur`an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, diantaranya yaitu: 1. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab al-I`jaz al-Adadi li al-Qur`an al-Karim menerangkan bahwa I`jazil Qur`an itu ada 4 macam, sebagai berikut: a. Al-I`jaz al-Balagi. b. Al-I`jaz al-Tasyri’i. c. Al-I`jaz al-Ilmu. d. Al-I`jaz al-Adadi. 2. Al-Khattabi (wafat 388 H.) dalam buku al-Bayan fi I`jaz al-Qur`an mengatakan, bahwa kemu`jizatan al-Qur`an itu terfokus pada bidang ke-balagah-an saja. 3. Imam al-Lahid (wafat 255 H.) di dalam kitab Nuzum al-Qur`an dan Hujaj al-Nabawiyyah serta al-Bayan wa al-Tabyin menegaskan bahwa kemu`jizatan al-Qur`an itu terfokus pada bidang susunan lafal-lafalnya saja. 4. Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-Qur`an wa I`jazihi al-Ilmi mengatakan, orang yang mengamati al-Qur`an dengan cermat, meraka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Antara lain dijelaskan, bahwa karena al-Qur`an adalah firman Allah SWT yang Maha Alim, Maha Mengetahui segala sesuatu dan semua rahasia yang tersembunyi dibalik alam semesta ini, sehingga kitab itu dapat menyingkap berbagai problem dan seluruh masalah, baik masalah kemasyarakatan, politik, ekonomi, hukum, etika, peperangan, dan sebagainya, yang semua itu tadinya belum terungkap ke permukaan ilmu pengetahuan manusia. Karena itu, Ismail Ibrahim menyimpulkan bahwa fokus kemu’jizatan al-Quran adalah pada bidang ilmu dan pengetahuan atau I’jazul Ilmi. F. Aspek I`jaz al-Qur`an. Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al Qur’an mengemukakan banyak sekali kemukjizatan yang dikandung oleh al Qur’an. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M) mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Qur’an, yaitu: 1. Keindahan komposisi bahasa Arab yang berbeda dengan komposisi sastra manapun. 2. Gaya bahasa yang unik dan berbeda dengan gaya bahasa Arab biasa. 3. Memuat konsep-konsep yang tidak mungkin ditiru oleh makhluq-Nya. 4. Penetapan syari’ah yang sempurna dan melampaui segala hukum ciptaan manusia. 5. Pemberitaan ghaib yang hanya diketahui oleh wahyu. 6. Tidak bertentangan dengan kepastian ilmu-ilmu alam. 7. Pemenuhan janji baik atau buruk yang telah dijanjikan oleh ayat-ayat sebelumnya. 8. Kekayaan yang terkandung dalam ilmu pengetahuan, yaitu berupa ilmu syari’ah atau ilmu alam. 9. Memenuhi kebutuhan/keperluan dasar manusia. 10. Pesona yang dikandung oleh al-Qur’an pada setiap orang yang membaca. Sedangkan M. Quraish Shihab menjelaskan kemukjizatan al-Qur`an dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain: 1. Aspek kebahasan a. Susunan kata dan kalimat al-Qur`an 1. Nada dan Langgamnya 2. Singkat dan padat 3. Memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan 4. Memuaskan akal dan jiwa 5. Keindahan dan ketetapan maknanya b. Keseimbangan redaksi al-Qur`an 2. Isyarat-isyarat ilmiah al-Qur`an Perlu digarisbawahi bahwa al-Qur`an bukan suatu kitab ilmiah sebagaimana halnya kitab-kitab ilmiah yang dikenal selama ini, tetapi al-Qur`an adalah suatu kitab petunjuk. Al-Qur`an mendorong untuk berpikir dan menggunakan akal, upaya memahami hikmah dibalik suatu kenyataan, menunjukkan kebesaran Tuhan dan keunikan al-Qur’an itu sendiri. 3. Pemberitaan gaib al-Qur`an Gaib adalah sesuatu tang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. Ada sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui manusia dalam kehidupan ini, misalnya kapan terjadinya hari kiamat, atau kapan datangnya kematian. Dari sini terlihat bahwa gaib bertingkat-tingkat, ada yang nisbi, dalam arti ia gaib bagi seseorang tetapi bagi lainnya tidak, atau pada waktu tertentu gaib tetapi pada waktu yang lain tidak lagi. Ada juga gaib mutlak yang tidak dapat diketahui selama manusia barada di pentas bumi ini, atau tidak akan mampu diketahuinya sama sekali, yaitu hakikat Allah SWT. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Menurut bahasa kata I`jaz adalah mashdar dari kata kerja a`jaza, yang berarti melemahkan. Lawan dari qodara yang berarti kuat/mampu. Mu`jizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau manakjubkan. Menurut istilah, ialah sesuatu hal atau peristiwa yang luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi/Rasul Allah, sebagai bukti keNabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Tujuan I’jaz al-Qur’an, yaitu: 1. Kebenaran seorang Nabi atau Rasul Allah. 2. Kebenaran wahyu Allah. 3. Kelemahan mutu sastra dan balaghoh. 4. Kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia. Banyak perbedaan pendapat dari para ulama dan pujangga tentang sejarah I`jaz al-Qur`an serta bantahan-bantahannya. Yang dimaksud dengan standar kemu`jizatan al-Qur`an ialah kadar yang menjadi mukjizat dari kitab al-Qur`an itu berapa. Apakah seluruhnya atau sebagiannya saja. Kitab suci al-Qur`an ini sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkari al-Qur`an, yakni minta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti al-Qur`an itu. Sungguh sangat mengherankan, tantangan yang sudah lama dicanangkan itu belum ada juga yang mampu melawan. Padahal tantangan itu telah tiga kali diubah dan diturunkan kapasitasnya. Dalam menjelaskan macam-macam I`jaz al-Qur`an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing, salah satunya adalah Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab al-I`jaz al-Adadi li al-Qur`an al-Karim menerangkan bahwa I`jazil Qur`an itu ada 4 macam, sebagai berikut: a. Al-I`jaz al-Balagi. b. Al-I`jaz al-Tasyri’i. c. Al-I`jaz al-Ilmu. d. Al-I`jaz al-Adadi. Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan I’jaz al-Qur’an mengemukakan banyak sekali kemu`jizatan yang dikandung oleh al-Qur’an. Salah satunya pendapat dari M. Quraish Shihab bahwa al-Qur`an dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain: 1. Aspek kebahasan 2. Isyarat-isyarat ilmiah al-Qur`an 3. Pemberitaan gaib al-Qur`an DAFTAR PUSTAKA Al-Salih Subhi. Mabahith fi `Ulum al-Qur`an. Dar al-Ilmi, Beirut. Al-Suyuti Jalal al-Din. Al-Itqan fi `Ulum al-Qur`an. Isa al-Bab al-Halabi, Kairo. Al-Zarkashi. Al-Burhan fi `Ulum al-Qur`an. Isa al-Bab al-Halabi, Kairo. Dr. Fazlur Rahman. History of Religion Islam. New York, 1966. Drs. Masfuk Zuhdi. Pengantar Ulumul Qur`an. Surabaya: P.T Bina Ilmu, 1987. Pror. Dr. H. A. Abdul Djalal. Ulumul Qur`an. Surabaya: Dunia Ilmu, 1998. Prof. Ash-Shiddieqy. Ilmu-ilmu al-Qur`an Media-media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur`an. Jakarta: Bulan Bintang, 1967. Ahmad Baiquni. Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern. Bandung: Pustaka Salman, 1983. Pencarian melalui Google.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar